Mahasiswa dapat dikatakan sebuah
komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang
dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga
belum tercekoki oleh
kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dan sebagainya.
Kepentingan politis mahasiswa pol – polan hanyalah politik kampus. Selama ini,
aku belum mengetahui ada golongan mahasiswa yang berpolitik untuk memperoleh
jabatan pemerintahan.
Pemahaman tentang pentingnya pengabdian seharusnya
tercermin dari setiap jiwa mahasiswa. Terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi
hanyalah syarat administratif menjadi mahasiswa, tetapi menjadi mahasiswa
mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif itu
sendiri. Kemampuan intelektual atau hardskill saja harusnya terasa kurang,
tetap jua harus memiliki kemampuan softskill
yang juga tak kalah penting bagi kesuksesan seorang mahasiswa setelah lulus.
Kemampuan intelektual bisa kita peroleh di kegiatan perkuliahan, sedang softskill bisa kita peroleh melalui
kegiatan atau organisai yang ada di kampus. Ada yang bilang “Jadi mahasiswa
jangan hanya kuliah saja, tetapi juga ikut organisasi, lebih baik mendapat
nilai pas-pasan, tetapi aktif di organisasi”. Ya meskipun dalam pemikiranku
sebenarnya lebih baik apabila nilainya bagus dan organisasi tetap aktif. Tetapi
secara tak langsung pernyataan di atas ada benarnya.
Melihat dinamika organisasi jurusan Teknik Geomatika ini
yang sedikit ruwet seperti agenda yang dipaksakan jadi proker, kaderisasi
melanggar aturan birokrasi, hingga vakumnya
himpunan di awal tahun 2013. Bagaimana kita menyikapinya? Apa dengan berdiam
diri dan mengikuti alur? Kita tak sepantasnya hanya menjadi kritikus yang mengkritik,
apalagi kritikannya dalam bentuk rasan –
rasan, tapi kita harus melakukan suatu perubahan untuk menyongsong
kebangkitan di era baru ini. Anggotanya semakin banyak dan bervariasi, sehingga
bukan saatnya menutup diri dari kondisi
di luar himpunan. Karena perjuangan adalah untuk Agama, Bangsa dan Almamater.
Memasuki lingkup himpunan tidak hanya sekedar ikut-ikutan
saja, melainkan diperlukan sebuah dedikasi. Dedikasi untuk mempertahankan yang
baik dan menyembuhkan borok. Seperti pernyataan teman saya si NM dalam situs
jejaring sosial, “ Kalo ada borok, disembuhin dulu rek boroknya, jangan
ditinggal dulu untuk nyembuhin borok yang lain. Suwun2. Borok = luka”. Ada
semacam tantangan dalam mengurus organisasi ini, tetapi yang namanya tantangan bukanlah
hambatan. Yang perlu kita tahu, bahwa untuk bisa menjadi bangkit diperlukan
suatu perubahan. Jika kadernya tak berubah, yang akan gini – gini aja jadinya.
Demi kebangkitan era baru Himage-ITS, pasti dibutuhkan
orang-orang yang mau mendedikasikan diri dan loyal pada Himage. Tetap
diperlukan sumber daya mahasiswa yang mau bekerja sama untuk membangun dan
memberikan citra positif baik dari dalam maupun luar. Kadernya harus terjun untuk memulai perubahan yang besar. Perubahan yang
besar tidak serta merta merubah yang hal besar akan tetapi memulai merubah dari
hal yang kecil. Seperti kata Mak Erot, “ Sesuatu yang besar, dulunya juga
kecil”. Dengan tekad yang kuat, mau bekerja sama, serta berdoa pasti tiada
halangan yang tak terpatahkan, tak memedulikan anggota himpunan berbeda
keyakinan, berbeda pemikiran, berbeda cara pandang, berbeda bentuk san rupa ,
serta berasal dari berbagai wilayah. Karena perbedaan itu bukanlah pemisah,
namun pemersatu untuk menjadikan himpunan lebih solid dan maju.
ditulis pada, 27 dan 28 Juli, 21.30 WIB
Ghulam Arfi Ghifari
3512100016