Bentuknya bisa jadi
sederhana, hanya semacam tongkat yang menjulang. Tingginya memang 132 meter, tetapi
kalah tinggi dengan gedung pencakar langit lainnya. Bentuk semacam obor
diatasnya fantastis, karena terbuat
dari emas katanya. Tetapi jangan salah, emas hanya lapisannya tidak termasuk
isinya. Dalamnya, mungkin hanya cor – coran. Setelah mulai dibuka untuk umum
tanggal 12 Juli 1975, umur bangunan ini hampir 40 tahun, jauh lebih tua dariku.
Tapi lihatlah, kenampakan bangunannya tidak banyak berubah sejak awal
didirikan. Hanya tambahan taman, rerumputan, dan patung – patungan yang
menambah wajah bangunan ini.
Meskipun dengan kondisi
yang seperti itu, Indonesia patut berbangga. Bangunan yang kayaknya biasa ini sarat
akan nilai filosofis dan nilai historis. Monumen Nasional begitu orang mengenal
bangunan ini. Pendiriannya pun juga berdasarkan perjuangan. Saat negara ini
sedang krisis, ide pembangunannya muncul. Sayembara dilakukan dan desain juga
sudah jadi. Tetapi, belum bisa dibangun. Mau
gimana lagi? Negara sedang krisis men!
Begitu pula dengan proses pembangunannya yang dimulai pada 1961, ada pula
G30S/PKI yang menyendat pembangunan tahap duanya. Hingga akhirnya monumen
nasional ini bisa resmi dibuka untuk umum baru pada tahun 1975.
Pemikiran pembangunan
Monumen Nasional terlahir sejak pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali
ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950. Perlu
diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang luas. Terbentang dari Sabang
hingga merauke yang berjajar pulau – pulau. Gugusan pulau tersebut sambung
menyambung menjadi satu, Itulah Indonesia. Sejarah mencatat bahwa banyak sekali
pahlawan yang berjasa bagi negara ini. Prasasti, bangunan bersejarah, tugu,
monumen lainnya juga banyak dibangun di daerah – daerah untuk mengenang jasa
pahlawan tersebut, serta sebagai inspirasi bagi penduduk sekitar. Bentuk
peninggalan tersebut dirasa masih bersifat kedaerahan dan menggunakan tema
kepahlawanan tertentu. Sehingga, dirasa perlu adanya sebuah monumen nasional yang
bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia secara
nasional pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan
inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang. Dan itulah
monas.
Monas mampu
menceritakan perjalanan bangsa Indonesia sejak zaman (yang katanya) pra sejarah
melalui relief sejarah dan musium sejarah nasional. Kenangan kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945 dapat kita rasakan (bagi yang merasakan) kembali pada
ruang Kemerdekaan. Disitu ada lambang Garuda Pancasila, Naskah proklamasi,
gugusan kepulauan Indonesia, dan lain – lain.
Monumen nasional
membangkitkan kenangan, bukan kenangan mantan tetapi kenangan bangsa ini.
Kenangan akan pahlawan dan tokoh – tokoh nasional Indonesia yang terbentang
dari koordinat geografis 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT. Semoga perjuangan
mereka menginspirasi penduduk Indonesia saat ini, untuk mengabdi, untuk mengisi
kemerdekaan, untuk terus berusaha memajukan bangsa ini disamping berpegang
teguh pada agamanya. Dan semoga aku juga sebagaimana kutulis tulisan ini. Dan
itulah monas.
-Renungan Segelas Susu-
-Sebuah cita, pemikiran, cerita yang
emosional dan penuh pembelajaran-
27/06/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar