Sebuah coretan hasil ngawang – ngawang ketika akan menjabat sebagai salah satu anggota PSDM HIMAGE-ITS 2013/2014. Memang
aneh tapi dengan penuh pengharapan bahwa hasil ngawang – ngawang ini bisa
memberi manfaat bagi pembacanya. Perbedaan pemikiran, so simple dan wajar,
pokok jo jotos – jotosan.
Kaderisasi,
sebuah proses pembentukan
karakter pribadi dan bisa diisi dengan
pelatihan - pelatihan untuk membentuk
kader-kader yang terbaik yang diinginkan untuk masa depan. Kerasnya
sistem kaderisasi kadang juga membuat lemah motivasi untuk mengikutinya karena
bercampur aduknya pikiran, perasaan, dan tindakan. Namun disisi lain juga memberikan motivasi
ketika mendapat hal baru dan mulai nyaman dengan tekanan tersebut. Kaderisasi
ini berbeda dengan OSPEK
yang isinya hanya pengenalan, juga bukan latihan ala militer yang penuh
bentakan dan hukuman. Kaderisasi alias pengaderan seutuhnya berbicara tentang
bagaimana membentuk dan mendidik seseorang dalam menghadirkan keutuhan
nilai-nilai manusiawi di dalam sisi pikiran dan perbuatan. Kaderisasi merupakan salah satu program
HIMAGE – ITS yang dijalankan untuk memperoleh kader – kader baru yang
diharapkan.
Pentingkah kaderisasi ini? Pentinglah,
di kaderisasi ini kita diajarkan beberapa nilai positif seperti solid,
professional, prestatif yang tidak kita dapatkan di perguruan tinggi lain.
Selain itu proses kaderisasi juga dapat mengubah mindset kita dari pemikiran
SMA ke pemikiran mahasiswa. Dari yang sebelumnya hanya mementingkan akademik
saja menjadi ingin berkontribusi di masyarakat, dan sebagainya.
Yang mesti disoroti dalam kaderisasi
ini ialah selain munculnya penyempitan pandangan bahwa yang dikader hanyalah
mahasiswa baru, menurutku himpunan beserta anggotanya terlalu berkutat dan
mencurahkan pemikirannya di kaderisasi ini. Padahal program kerja himpunan di
jurusan ini bukan hanya kaderisasi saja. Masih ada proker lain bahkan ada
proker gede juga yang jika bisa dikerjakan dengan baik akan memberikan citra
positif bagi jurusan dan nama himpunan serta ITS. Apalagi sistem kaderisasi
menunjukkan adanya gab alias jarak antara maba dan penyandang gelar G, padahal
sama – sama manusia. Bukankah bisa lebih baik jika berkolaborasi dengan
menyatukan segenap perbedaan dan potensi mahasiswa di dalamnya? Janganlah kita
menggolongkan diri menjadi pengadil dunia yang berhak dan bisa menjustifikasi
manusia yang lebih muda sesukanya. Sadarlah, mahasiswa hanyalah rakyat jelata
yang biaya kuliahnya dibantu oleh pembayar pajak negeri ini.
Setidaknya, mahasiswa tidak melupakan 3 peranan, yaitu peranan moral, peranan sosial, dan peranan intelektual. Dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai individu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam masyarakat. Inilah yang disebut peranan moral.
Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Bahkan dalam MUBES IV juga sudah diatur tentang peranan sosial lembaga eksekutif di Institut kita ini. BEM ITS dengan ranah sosial politik (KDKM ITS Pasal 11 ayat 4), BEM Fakultas dengan ranah sosial masyarakat (KDKM ITS Pasal 15 ayat 3), dan HMJ dengan ranah keprofesian. Bahkan ruang gerak HMJ diperluas juga. HMJ boleh beraktivitas di luar keprofesian dan bergerak di luar lingkup jurusan asal dikoordinasikan dengan elemen-elemen KM ITS yang terkait (KDKM ITS Pasal 19 ayat 2 dan 3). Ketiga, adalah peranan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan. Intine mahasiswa kudu pinter.
Nah, untuk menyongsong Kebangkitan era baru di HIMAGE ITS ini, kita tak boleh menghilangkan salah satu peranan mahasiswa di atas. Program kerja himpunan bukan hanya kaderisasi, sehingga janganlah berkutat di kaderisasi saja. Mari berkolaborasi untuk mewujudkan HIMAGE bangkit di era baru ini. Tetapi, meskipun tulisannya seperti ini, bukan berarti kaderisasi bisa dihilangkan. Kaderisasi merupakan sumber inspirasi.
ditulis pada 30 Agustus 2013, 07.00
Ghulam Arfi Ghifari
3512100016
Setidaknya, mahasiswa tidak melupakan 3 peranan, yaitu peranan moral, peranan sosial, dan peranan intelektual. Dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai individu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam masyarakat. Inilah yang disebut peranan moral.
Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Bahkan dalam MUBES IV juga sudah diatur tentang peranan sosial lembaga eksekutif di Institut kita ini. BEM ITS dengan ranah sosial politik (KDKM ITS Pasal 11 ayat 4), BEM Fakultas dengan ranah sosial masyarakat (KDKM ITS Pasal 15 ayat 3), dan HMJ dengan ranah keprofesian. Bahkan ruang gerak HMJ diperluas juga. HMJ boleh beraktivitas di luar keprofesian dan bergerak di luar lingkup jurusan asal dikoordinasikan dengan elemen-elemen KM ITS yang terkait (KDKM ITS Pasal 19 ayat 2 dan 3). Ketiga, adalah peranan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan. Intine mahasiswa kudu pinter.
Nah, untuk menyongsong Kebangkitan era baru di HIMAGE ITS ini, kita tak boleh menghilangkan salah satu peranan mahasiswa di atas. Program kerja himpunan bukan hanya kaderisasi, sehingga janganlah berkutat di kaderisasi saja. Mari berkolaborasi untuk mewujudkan HIMAGE bangkit di era baru ini. Tetapi, meskipun tulisannya seperti ini, bukan berarti kaderisasi bisa dihilangkan. Kaderisasi merupakan sumber inspirasi.
ditulis pada 30 Agustus 2013, 07.00
Ghulam Arfi Ghifari
3512100016
wah anyar iki blog e...
BalasHapus"awang-awang" hahahaha
Masih belajar Nulis bro
BalasHapus