Selasa, 30 Juli 2013

Bukan Hanya Berkutat di Kaderisasi


     Sebuah coretan hasil ngawang – ngawang ketika akan menjabat sebagai salah satu anggota PSDM HIMAGE-ITS 2013/2014. Memang aneh tapi dengan penuh pengharapan bahwa hasil ngawang – ngawang ini bisa memberi manfaat bagi pembacanya. Perbedaan pemikiran, so simple dan wajar, pokok jo jotos – jotosan.

     Kaderisasi, sebuah proses pembentukan karakter pribadi dan bisa diisi dengan pelatihan - pelatihan untuk membentuk kader-kader yang terbaik yang diinginkan untuk masa depan. Kerasnya sistem kaderisasi kadang juga membuat lemah motivasi untuk mengikutinya karena bercampur aduknya pikiran, perasaan, dan tindakan.  Namun disisi lain juga memberikan motivasi ketika mendapat hal baru dan mulai nyaman dengan tekanan tersebut. Kaderisasi ini berbeda dengan OSPEK yang isinya hanya pengenalan,  juga bukan latihan ala militer yang penuh bentakan dan hukuman. Kaderisasi alias pengaderan seutuhnya berbicara tentang bagaimana membentuk dan mendidik seseorang dalam menghadirkan keutuhan nilai-nilai manusiawi di dalam sisi pikiran dan perbuatan. Kaderisasi merupakan salah satu program HIMAGE – ITS yang dijalankan untuk memperoleh kader – kader baru yang diharapkan.

     Pentingkah kaderisasi ini? Pentinglah, di kaderisasi ini kita diajarkan beberapa nilai positif seperti solid, professional, prestatif yang tidak kita dapatkan di perguruan tinggi lain. Selain itu proses kaderisasi juga dapat mengubah mindset kita dari pemikiran SMA ke pemikiran mahasiswa. Dari yang sebelumnya hanya mementingkan akademik saja menjadi ingin berkontribusi di masyarakat, dan sebagainya.

     Yang mesti disoroti dalam kaderisasi ini ialah selain munculnya penyempitan pandangan bahwa yang dikader hanyalah mahasiswa baru, menurutku himpunan beserta anggotanya terlalu berkutat dan mencurahkan pemikirannya di kaderisasi ini. Padahal program kerja himpunan di jurusan ini bukan hanya kaderisasi saja. Masih ada proker lain bahkan ada proker gede juga yang jika bisa dikerjakan dengan baik akan memberikan citra positif bagi jurusan dan nama himpunan serta ITS. Apalagi sistem kaderisasi menunjukkan adanya gab alias jarak antara maba dan penyandang gelar G, padahal sama – sama manusia. Bukankah bisa lebih baik jika berkolaborasi dengan menyatukan segenap perbedaan dan potensi mahasiswa di dalamnya? Janganlah kita menggolongkan diri menjadi pengadil dunia yang berhak dan bisa menjustifikasi manusia yang lebih muda sesukanya. Sadarlah, mahasiswa hanyalah rakyat jelata yang biaya kuliahnya dibantu oleh pembayar pajak negeri ini. 

   Setidaknya, mahasiswa tidak melupakan 3 peranan, yaitu peranan moral, peranan sosial, dan peranan intelektual. Dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai individu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam masyarakat. Inilah yang disebut peranan moral.

     Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Bahkan dalam MUBES IV juga sudah diatur tentang peranan sosial lembaga eksekutif di Institut kita ini. BEM ITS dengan ranah sosial politik (KDKM ITS Pasal 11 ayat 4), BEM Fakultas dengan ranah sosial masyarakat (KDKM ITS Pasal 15 ayat 3), dan HMJ dengan ranah keprofesian. Bahkan ruang gerak HMJ diperluas juga. HMJ boleh beraktivitas di luar keprofesian dan bergerak di luar lingkup jurusan asal dikoordinasikan dengan elemen-elemen KM ITS yang terkait (KDKM ITS Pasal 19 ayat 2 dan 3). Ketiga, adalah peranan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan. Intine mahasiswa kudu pinter.

     Nah, untuk menyongsong Kebangkitan era baru di HIMAGE ITS ini, kita tak boleh menghilangkan salah satu peranan mahasiswa di atas. Program kerja himpunan bukan hanya kaderisasi, sehingga janganlah berkutat di kaderisasi saja. Mari berkolaborasi untuk mewujudkan HIMAGE bangkit di era baru ini. Tetapi, meskipun tulisannya seperti ini, bukan berarti kaderisasi bisa dihilangkan. Kaderisasi merupakan sumber inspirasi.


ditulis pada 30 Agustus 2013, 07.00 
Ghulam Arfi Ghifari
3512100016

2 komentar: