Sabtu, 27 Juni 2015

Buah Tangan Monumen Nasional



Bentuknya bisa jadi sederhana, hanya semacam tongkat yang menjulang. Tingginya memang 132 meter, tetapi kalah tinggi dengan gedung pencakar langit lainnya. Bentuk semacam obor diatasnya fantastis, karena terbuat dari emas katanya. Tetapi jangan salah, emas hanya lapisannya tidak termasuk isinya. Dalamnya, mungkin hanya cor – coran. Setelah mulai dibuka untuk umum tanggal 12 Juli 1975, umur bangunan ini hampir 40 tahun, jauh lebih tua dariku. Tapi lihatlah, kenampakan bangunannya tidak banyak berubah sejak awal didirikan. Hanya tambahan taman, rerumputan, dan patung – patungan yang menambah wajah bangunan ini.
Meskipun dengan kondisi yang seperti itu, Indonesia patut berbangga. Bangunan yang kayaknya biasa ini sarat akan nilai filosofis dan nilai historis. Monumen Nasional begitu orang mengenal bangunan ini. Pendiriannya pun juga berdasarkan perjuangan. Saat negara ini sedang krisis, ide pembangunannya muncul. Sayembara dilakukan dan desain juga sudah jadi. Tetapi, belum bisa dibangun. Mau gimana lagi? Negara sedang krisis men! Begitu pula dengan proses pembangunannya yang dimulai pada 1961, ada pula G30S/PKI yang menyendat pembangunan tahap duanya. Hingga akhirnya monumen nasional ini bisa resmi dibuka untuk umum baru pada tahun 1975.
Pemikiran pembangunan Monumen Nasional terlahir sejak pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950. Perlu diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang luas. Terbentang dari Sabang hingga merauke yang berjajar pulau – pulau. Gugusan pulau tersebut sambung menyambung menjadi satu, Itulah Indonesia. Sejarah mencatat bahwa banyak sekali pahlawan yang berjasa bagi negara ini. Prasasti, bangunan bersejarah, tugu, monumen lainnya juga banyak dibangun di daerah – daerah untuk mengenang jasa pahlawan tersebut, serta sebagai inspirasi bagi penduduk sekitar. Bentuk peninggalan tersebut dirasa masih bersifat kedaerahan dan menggunakan tema kepahlawanan tertentu. Sehingga, dirasa perlu adanya sebuah monumen nasional yang bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia secara nasional pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang. Dan itulah monas.
Monas mampu menceritakan perjalanan bangsa Indonesia sejak zaman (yang katanya) pra sejarah melalui relief sejarah dan musium sejarah nasional. Kenangan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dapat kita rasakan (bagi yang merasakan) kembali pada ruang Kemerdekaan. Disitu ada lambang Garuda Pancasila, Naskah proklamasi, gugusan kepulauan Indonesia, dan lain – lain.
Monumen nasional membangkitkan kenangan, bukan kenangan mantan tetapi kenangan bangsa ini. Kenangan akan pahlawan dan tokoh – tokoh nasional Indonesia yang terbentang dari koordinat geografis 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT. Semoga perjuangan mereka menginspirasi penduduk Indonesia saat ini, untuk mengabdi, untuk mengisi kemerdekaan, untuk terus berusaha memajukan bangsa ini disamping berpegang teguh pada agamanya. Dan semoga aku juga sebagaimana kutulis tulisan ini. Dan itulah monas.



-Renungan Segelas Susu-
-Sebuah cita, pemikiran, cerita yang emosional dan penuh pembelajaran-
27/06/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar