Kamis, 25 Juni 2015

Cara Pengolahan Citra MTsat untuk Menentukan Wilayah Peluang Hujan



Multifunctional Transport Satellites (MTSat) adalah serangkaian satelit cuaca dan kontrol penerbangan. MTSat adalah satelit geostasioner yang dimiliki dan dioperasikan oleh Departemen Pertanahan Jepang dan menghasilkan citra dengan resolusi rendah. Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata dan Badan Meteorologi Jepang (JMA), dan menyediakan cakupan untuk belahan bumi berpusat pada 140° BT; ini termasuk Jepang dan Australia yang merupakan pengguna utama dari citra satelit MTSAT. Mereka menggantikan satelit GMS-5, juga dikenal sebagai Himawari 5 ("himawari" atau “ひまわり” yang berarti "bunga matahari"). Mereka dapat memberikan citra dalam lima panjang gelombang band - terlihat dan empat inframerah, termasuk saluran uap air. Kamera cahaya tampak memiliki resolusi 1 km; kamera inframerah memiliki 4 km (resolusi lebih rendah jauh dari khatulistiwa pada 140° BT). Pesawat ruang angkasa memiliki umur yang direncanakan lima tahun. MTSAT-1R 1 dan dibangun oleh Space Systems / Loral. MTSAT-2 dibangun oleh Mitsubishi.
Di Indonesia, satelit MTSat digunakan untuk menentukan pola sebaran curah hujan, daerah potensi banjir berdasar data curah hujan (Hujan lebat), Liputan Awan dan potensi hujan yang dikembangkan oleh LAPAN (yang dikembangkan BMKG belum tahu). Berikut ialah karakteristik satelit MTSat:
Spatial resolution
1 km for Visible channel and 4 km for IR channels at the sub-satellite point
Radiometric resolution
10 bits (1,024 gradations)
Spectral Resolution
Visible: 0.55 – 0.9 µm
IR1 : 10.3 – 11.3 µm
IR2 : 11.5 – 12.5 µm
IR3 : 6.5 – 7.0  µm
IR4 : 3.5 – 4.0  µm
Temporal Resolution
1 hour for whole hemisphere and 30 minutes for northern hemisphere

            Di bawah ini merupakan tutorial pengolahan citra satelit MTSat untuk Liputan Awan dan Potensi Hujan Indonesia dengan hasil output Peta Potensi Hujan. Pengolahan Citra menggunakan software ER Mapper dan ArcGIS untuk layouting. Penentuan peluang hujan ini didasarkan pada nilai Brightness Temperature (BT).
            Berikut caranya:
1.      Buka Er Mapper
Berikut adalah tampilan awal dari Er Mapper

2.      Selanjutnya buka file citra MTSAT yang telah dikoreksi. File citra ini berformat .ers
20150614 merupakan kode tahun, bulan dan tanggal
0032 merupakan kode jam (UTC) dan kode citra
Jam (UTC)
Jam (WIB)
00.00
07.00
01.00
08.00
02.00
09.00
03.00
10.00
04.00
11.00
05.00
12.00
06.00
13.00
07.00
14.00
08.00
15.00
09.00
16.00
10.00
17.00
11.00
18.00
12.00
19.00
13.00
20.00
14.00
21.00
15.00
22.00
16.00
23.00
17.00
00.00
18.00
01.00
19.00
02.00
20.00
03.00
21.00
04.00
22.00
05.00
23.00
06.00

3.      Buka citra MTSAT dengan menggunakan ikon Edit Algorthm .
Kemudian akan muncul tampilan sebagai berikut:
4.      Masukkan citra kemudian akan muncul tampilan sebagai berikut:
5.      Lalu klik OK dan akan muncul tampilan citra MTSAT sebagai berikut:
6.      Masukkan formula dengan cara meklik ikon rumus
Klik open dan pilih formula yang akan digunakan
Jika tidak memiliki direktori rumus, maka bisa dengan logika


Formula diatas ialah formula untuk klasifikasi suhu kecerahan awan. Rumus diatas hanya untuk mengelompokkan kelas menjadi 5 kelas (satuan suhu yang digunakan ialah Kelvin).
mis: if i1 < 200 then 1 else if i1 >=200 and i1<=220 then 2 artinya jika nilai i1 lebih dari 200 Kelvin, maka Kelas 1, selain itu jika i1 i1 lebih dari sama dengan 200 Kelvin dan kurang dari sama dengan 220 Kelvin (antara 200 s.d. 220K) maka kelas 2, dan seterusnya.
Rumus diatas didasarkan pada klasifikasi seperti dibawah:
7.      Kemudian tutup jendela formula editor dan save as citra tersebut
8.      Buka file hasil yang berformat .ers dengan word pad untuk selnajutnya dilakukan Classify
Data akan terbuka seperti berikut ini
9.      Buka formula Classify
Masukkan formula Classify pada file citra MTSAT yang telah dibuka dengan menggunakan wordpad dan simpan hasilnya.
10.  Buka Arc Map
Berikut adalah tampilan awal Arc Map
11.  Tambahkan data dengan klik pada ikon 
Klasifikasikan warna awan berdasar suhu kecerahannya dengan kombinasi seperti dibawah
Warna
Nilai
R
G
B
Merah
<200 K
225
0
0
Hijau Tua
200 – 220 K
223
223
0
Biru Tua
220 – 240 K
0
0
225
Biru Muda
240 – 260 K
0
185
185
Transparan
>260 K
No Color
12.  Kemudian buat layoutnya dalam setiap tampilan jam (jika ingin membuat data curah hujan harian) dan tampilkan dalam format .gif agar terlihat pergerakan awan.
       *maaf typo, harusnya Peta Potensi Hujan Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar