Kamis, 25 Januari 2018

Sholat Dhuha, Ayo!



1.      Pendahuluan
Shalat Dhuha mempunyai kedudukan mulia. Disunnahkan untuk kita kerjakan sejak terbitnya matahari sampai menjelang datangnya shalat dzuhur. Shalat Dhuha memang dikenal sebagai shalat sunnah yang berkaitan dengan shalat yang mengundang rezeki. Pendapat ini tidak bisa dikatakan salah. Memang tidak ada detil dalil yang menjelaskan bahwa sholat Dhuha mendatangkan rezeki (kehidupan dunia). Namun tetap setiap amalan shalih memang jadi pembuka pintu rezeki karena amalan shalih adalah bentuk takwa. Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Ditambah tentang potongan hadits bahwa sholat Dhuha setara dengan sedekah 360 ruas tulang (akan dijelaskan di keutamaan sholat Dhuha), sementara salah satu manfaat sedekah adalah menjadikan kaya. Sebagaimana Firman Allah, “Apapun harta yang kalian infakkan maka Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rizki.” (QS. Saba’: 39). Begitu pula dengan Sabda Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588). Begitu pula dengan

Allah mengajak kita untuk menjadikan dunia ini kesempatan mencari kebahagiaan bagi akhirat, sebisa yang kita lakukan. Akan tetapi, jangan 100%. Jangan lupakan bagian dari kehidupan dunia. Setiap muslim, pasti dia melakukan aktivitas dunia dan aktivitas akhirat. Berdasarkan ayat di atas, seharusnya aktivitas akhirat, lebih banyak dari pada aktivitas dunia. Dengan kata lain, orientasi akhirat, lebih dominan dari pada orientasi dunia. Semoga kita semua senantiasa dianugerahi keikhlasan dalam beribadah, dengan mengutamakan akhirat tanpa melupakan dunia.

2.      Keutamaan – Keutamaan
Sunnah Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Shalat Dhuha merupakan sunnah mu'akkadah, terbukti telah dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Sebagaimana,dari hadits Aisyah radhiallahu anha, dia berkata, "Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat Dhuha sebanyak empat (rakaat), kadang beliau menambah sesuai keinginannya." (HR. Muslim, no. 1176)

Pengganti Sedekah Persendian
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim, no.  720).
‘Aisyah Radhiyallahu anha pernah menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian” (HR. Muslim, no. 1007).
Dijaga Allah Subhanahu wa ta’ala
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Qudsi. Dari Abu Dardaa’ atau Abu Dzar, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman: “Wahai Bani Adam, shalatlah untuk-Ku pada awal siang hari empat rakaat, niscaya Aku menjagamu sisa hari tersebut” (HR. Tirmidzi)

Sholatnya Para Awwabin (Orang yang Kembali Taat)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب، وهي صلاة الأوابين
Tidaklah menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab. Inilah shalat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah, no. 1224)
Dicukupi Urusan Akhir Siang
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451)

Mendapat Pahala Haji dan Umrah
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi no. 586)
Al Mubaarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi (3: 158) menjelaskan, “Yang dimaksud ‘kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at’ yaitu setelah matahari terbit. Ath Thibiy berkata, “Yaitu kemudian ia melaksanakan shalat setelah matahari meninggi setinggi tombak, sehingga keluarlah waktu terlarang untuk shalat. Shalat ini disebut pula shalat Isyroq. Shalat tersebut adalah waktu shalat di awal waktu.”

Khusus yang pahala haji dan umrah ini berbeda, ada syarat sebelumnya yaitu subuh berjamaah, dan berdiam diri di masjid (diisi dzikir, ta’lim dan/atau tilawah quran) hingga matahari terbit setinggi tombak, dilanjutkan sholat 2 rakaat Isyroq. Sementara Shalat Isyraq adalah bagian dari shalat Dhuha sendiri. Jika dikerjakan sesudah matahari terbit (awal waktu Dhuha), disebut shalat Isyraq. Jika dikerjakan di akhir waktunya, disebut shalat Dhuha, itulah waktu pelaksanaan Shalat Dhuha terbaik.

3.      Penutup
Penjelasan diatas semoga mampu memotivasi kita semua untuk melaksanakan dan merutinkan sholat dhuha. Teruntuk yang meniatkan sholat Dhuha agar memudahkan rezeki atau kekayaan dunia, hal tersebut tidak salah. Namun alangkah akan lebih baik dan sempurna jika juga diniatkan sesuai ayat quran dan hadits Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas agar kaya di dunia dan di akhirat. Semoga bermanfaat.

1 komentar:

  1. terima kasih artikelnya akhi. insyaallah ana mulai hari ini akan berusaha untuk selalu istiqomah dalam menjalankan sholat dhuha . artikelnya bagus . semoga ente di beri kepanjangan umur dan kemudahan rizky oleh allah. amin

    BalasHapus