1. Pendahuluan
Shalat
Dhuha
mempunyai kedudukan mulia. Disunnahkan untuk kita kerjakan sejak terbitnya matahari
sampai menjelang datangnya shalat dzuhur. Shalat Dhuha memang dikenal sebagai shalat
sunnah yang berkaitan dengan shalat yang mengundang rezeki. Pendapat ini tidak
bisa dikatakan salah. Memang tidak ada detil dalil yang menjelaskan bahwa
sholat Dhuha mendatangkan rezeki (kehidupan dunia). Namun
tetap setiap amalan shalih memang jadi pembuka pintu rezeki karena amalan
shalih adalah bentuk takwa. Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya
Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Ditambah tentang potongan hadits bahwa sholat Dhuha
setara dengan sedekah 360 ruas tulang (akan dijelaskan di keutamaan sholat
Dhuha), sementara salah satu manfaat sedekah adalah menjadikan kaya. Sebagaimana
Firman Allah, “Apapun harta yang kalian infakkan
maka Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi
rizki.” (QS. Saba’: 39).
Begitu pula dengan Sabda Rasullullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Harta tidak akan berkurang dengan
sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan
baginya.” (HR. Muslim, no. 2588). Begitu pula dengan
Allah mengajak kita untuk menjadikan dunia ini kesempatan mencari
kebahagiaan bagi akhirat, sebisa yang kita lakukan. Akan tetapi, jangan 100%.
Jangan lupakan bagian dari kehidupan dunia. Setiap muslim, pasti dia melakukan
aktivitas dunia dan aktivitas akhirat. Berdasarkan ayat di atas, seharusnya
aktivitas akhirat, lebih banyak dari pada aktivitas dunia. Dengan kata lain,
orientasi akhirat, lebih dominan dari pada orientasi dunia. Semoga kita semua
senantiasa dianugerahi keikhlasan dalam beribadah, dengan mengutamakan akhirat
tanpa melupakan dunia.
2. Keutamaan – Keutamaan
Sunnah Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Shalat Dhuha merupakan sunnah
mu'akkadah, terbukti telah dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Sebagaimana,dari
hadits Aisyah radhiallahu anha, dia berkata, "Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam shalat Dhuha sebanyak empat (rakaat), kadang beliau menambah
sesuai keinginannya." (HR. Muslim, no. 1176)
Pengganti Sedekah Persendian
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu
‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ
سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ
صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ
بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ
ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara
kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai
sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap
bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan
takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf
(mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah
sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak
2 raka’at” (HR. Muslim, no. 720).
‘Aisyah Radhiyallahu anha
pernah menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ
إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam
keadaan memiliki 360 persendian” (HR. Muslim, no. 1007).
Dijaga Allah Subhanahu wa ta’ala
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Qudsi. Dari Abu Dardaa’ atau
Abu Dzar, dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, Allah berfirman: “Wahai Bani Adam, shalatlah untuk-Ku
pada awal siang hari empat rakaat, niscaya Aku menjagamu sisa hari tersebut”
(HR. Tirmidzi)
Sholatnya Para Awwabin (Orang yang Kembali Taat)
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب،
وهي صلاة الأوابين
“Tidaklah
menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab. Inilah shalat awwabin.” (HR.
Ibnu Khuzaimah, no. 1224)
Dicukupi Urusan Akhir Siang
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ
النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau
tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan
mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At
Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451)
Mendapat Pahala Haji dan Umrah
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ
فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ
صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah
lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia
melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan
umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.”
(HR. Tirmidzi no. 586)
Al Mubaarakfuri
rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi (3: 158)
menjelaskan, “Yang dimaksud ‘kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at’ yaitu
setelah matahari terbit. Ath Thibiy berkata, “Yaitu kemudian ia melaksanakan
shalat setelah matahari meninggi setinggi tombak, sehingga keluarlah waktu
terlarang untuk shalat. Shalat ini disebut pula shalat Isyroq. Shalat tersebut
adalah waktu shalat di awal waktu.”
Khusus yang pahala haji dan umrah ini berbeda, ada syarat
sebelumnya yaitu subuh berjamaah, dan berdiam diri di masjid (diisi dzikir, ta’lim
dan/atau tilawah quran) hingga matahari terbit setinggi tombak, dilanjutkan
sholat 2 rakaat Isyroq. Sementara Shalat Isyraq adalah
bagian dari shalat Dhuha sendiri. Jika dikerjakan sesudah matahari terbit (awal
waktu Dhuha), disebut shalat Isyraq. Jika dikerjakan di akhir waktunya, disebut
shalat Dhuha, itulah waktu pelaksanaan Shalat Dhuha terbaik.
3. Penutup
Penjelasan diatas semoga mampu memotivasi kita semua untuk
melaksanakan dan merutinkan sholat dhuha. Teruntuk yang meniatkan sholat Dhuha
agar memudahkan rezeki atau kekayaan dunia, hal tersebut tidak salah. Namun
alangkah akan lebih baik dan sempurna jika juga diniatkan sesuai ayat
quran dan hadits Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas agar kaya di dunia dan di akhirat.
Semoga bermanfaat.
terima kasih artikelnya akhi. insyaallah ana mulai hari ini akan berusaha untuk selalu istiqomah dalam menjalankan sholat dhuha . artikelnya bagus . semoga ente di beri kepanjangan umur dan kemudahan rizky oleh allah. amin
BalasHapus