Malam minggu
berjalan seperti biasanya. Masih seperti biasanya. Langit mendung hitam dan
tanpa bintang. Suasana gerah kota Surabaya membuat rasa dahaga merangsek masuk,
namun yang terfikirkan adalah seperti layaknya yang lain, ES, dan es susu yang
ku pilih. Sekalian memulihkan kondisi tubuh yang kurang fit karena tuntutan
fisik dan mental.
Dan seperti
biasanya, susu selalu mampu memberikan energi positif karena kandungan gizinya
(semoga dianggap benarlah). Pada seruputan kedua yang kunikmati sembari membaca
Koran, terlintas kembali pertanyaan itu. Pertanyaan tentang mengapa aku ikut
andil dalam bagian kegiatan itu. Padahal proses dari kegiatan sebelumnya cukup
membuat frustasi tetapi sangat dirindukan. Dalam lamunan mulai muncul kata
loyalitas, pengabdian, bentuk kontribusi dan lainnya.
“Selalu ada
penghargaan bagi orang yang berkontribusi, tetapi belum tentu bagi orang yang
mengabdi.” Kata tersebut spontan saja muncul dipemikiranku. Benarkah
pemikiranku ini? Tiada bukti, hanya perasaan hatiku saja. Dalam setiap lamunan,
mulai kuingat kegiatan – kegiatanku selama 2 semester terakhir. Ada rasa
bangga, ada pula rasa gelisah. Hmmm…. Entah apa penyebabnya, rasa gelisah itu
muncul juga, padahal kegiatan telah berlalu dan banyak juga yang sukses ataupun
hampir sukses.
Mengapa bisa tertarik? Apakah itu ambisi pribadi? Apa hanya karena
ingin terkenal? Atau hanya . . .? apakah aku . . .?
Ah, mulai ku
yakinkan bahwa itu adalah pemikiran Pengecut yang bekerja di balik layar,
mengevaluasi jika dirasa keliru, dan tersenyum jika dirasa berhasil. Yang
jelas, aku hanya mengerjakan yang (saat ini) kuyakini.
Teringat juga
dengan jargon PSDM Formasta yang disepakati, “Dedikasi dalam Berkontribusi”
serta kata status dari wanita strong
yang selama ini kukenal, “Berhenti mengeluh tidaklah
cukup. Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup.
saatnya kita tak hanya urun angan namun juga turun tangan, luruskan niat
kuatkan tekad mulai saat ini. mengabdi tanpa batas” membuat seruputan ketiga
makin bermakna. Semoga kutemukan arti yang mengesankan tentang kontribusi dan
pengabdian.
Semoga yang
kuyakini masih rasional dan bisa dianggap benar oleh orang lain. Baik kontribusi maupun mengabdi, sama baiknya,
sama mulianya, asal tujuannya baik dan mulia pula. Dan akhirnya, susupun habis.
Semoga masih bisa menyukai susu meskipun kebiasaan mulai bergeser ke Good day
freeze karena susu selalu mampu memberikan energi positif karena kandungan
gizinya (semoga dianggap benarlah).
-Renungan Segelas Susu-
-Sebuah cita, pemikiran, cerita yang
emosional dan penuh pembelajaran-
6/9/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar