Senin, 01 September 2014

Mahasiswa Dulu dan Kini, Esok??!



Terbentuknya negara atau bangsa ini juga tak lepas dari perjuangan dan pemikiran para intelektual muda seperti Soetomo, Soekarno, Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, M. Yamin, dan teman-temannya. Mereka yang telah terdidik dan tercerahkan memiliki nurani sebagai bangsa Indonesia berkeyakinan harus memerdekakan bangsanya. Melalui keyakinan bahwa diskusi-diskusi kecil yang mereka adakan, akan menjadikannya gerakan massa besar untuk membangun kesadaran bahwa bangsa ini terjajah. Bahkan satu buah kata “merdeka” saja dapat mengobarkan karakter semangat dan kepercayaan diri mereka.
Lanjut pada turunnya Orde Lama dan Orde Baru, tidak terlepas dari peran mahasiswa. Setelah kasus PKI terbongkar pada masa Orde Lama, masih muncul rasa kurang puas dari kalangan rakyat Indonesia. Disini mahasiswa menunjukkan aksinya dengan berdemonstrasi menyuarakan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat). Hingga akhirnya turunlah Surat Perintah Sebelas Maret tahun 1966 (Supersemar) yang menandakan jatuhnya Orde Lama dan berganti ke Orde Baru pimpinan presiden Soeharto.
Begitu juga Orde Baru, kondisi ekonomi yang sedang krisis membuat mahasiswa pada waktu itu bersatu, bekerja sama dengan buruh, petani, serta rakyat miskin kota dan melakukan aksi 1998. Mereka berdemonstrasi menuntut reformasi dan berhadapan langsung dengan aparatur negara bersenjata lengkap. Kerusuhan dan penjarahan pun terjadi, namun para pejuang aktivis mei 1998 tersebut tetap kokoh dengan tujuannya, yaitu reformasi. Perjuangan mahasiswa masih berlangsung meskipun sudah jelas kerugian atau kerusakan yang terjadi begitu besar. Akhirnya tujuan mereka tercapai, presiden Soeharto mengundurkan diri dan digantikan oleh wakilnya, B.J. Habibie. Dengan demikian berakhirlah Orde Lama dan berganti ke Reformasi.
Itulah peranan mahasiswa dahulu. Mereka mampu membangun kerjasama di tengah kekacauan politik ekonomi. Melalui diskusi kecil, mampu menyadarkan masyarakat akan penjajahan, bahkan dengan aksinya mampu untuk ikut menentukan arah perkembangan bangsa.
Kini, semua hal tersebut telah mengalami pergeseran budaya. Mahasiswa sekarang terlalu sibuk dengan tugas kuliahnya, laptopnya, ponselnya, dan sebagainya. Selain itu, mudah terpancing dengan isu kecil dengan melaksanakan demonstrasi anarkis tanpa mengkaji isu tersebut terlebih dahulu. Sebagai mahasiswa, sudah seharusnya memahami akan mahalnya biaya dan belum meratanya pembangunan. Adanya demonstrasi anarki, maka akan ada biaya tambahan yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan yang ada. Padahal aksi damai masih bisa diperjuangkan oleh mahasiswa. Memang begitu banyak yang bergeser ketika kita bicara dalam konteks Indonesia kekinian. Banyak generasi terdidik yang mengalami amnesia sejarah karena pengaruh globalisasi melunturkan posisi mahasiswa sebagai pejuang hak-hak masyarakat. Mereka lupa jika bangsa ini tercipta atas perjuangan keras pendahulu mereka. Semoga kondisi seperti ini tidak berlangsung secara kontinyu agar bangsa ini tidak hancur dalam tempo yang sesingkat-singkatnya karena kondisi iron stocknya.
Pernyataan diatas adalah kondisi mahasiswa Indonesia dari segi negatif. Perlu kita ketahui bahwa tidak semua mahasiswa Indonesia kondisinya sama dengan pernyataan di atas. Sudah banyak kegiatan yang dapat dijadikan suatu pembentukan karakter pelajar antara lain melalui organisasi, UKM, diskusi kelompok, dan kegiatan yang bersifat membangun kompetensi generasi muda utamanya mahasiswa. Pertukaran pola pikir akan membentuk tujuan pelajar untuk suatu perubahan besar bagi bangsa ke arah yang lebih baik. Ilmu yang didapat menjadi lebih banyak. Tidak hanya Indeks Prestasi yang harus baik, tetapi pengaplikasian dalam kehidupan harus baik pula, karena pada dasarnya, mahasiswa dididik untuk kemajuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mahasiswa Indonesia harus mau berpikir kritis, bergerak progresif, berprestasi, berani, dan bertanggung jawab.
Kegiatan positif sudah semakin banyak dan kita harus berkeyakinan bahwa kegiatan positif tersebut akan menyingkirkan segi negatif mahasiswa Indonesia. Perlu diingat bahwa mahasiswa memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Dunia kampus merupakan dunia mahasiswa. Disinilah dituntut suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai individu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang berlaku dalam masyarakat.
Besok, akan semakin banyak mahasiswa yang sadar, bahwa mereka adalah secerca cahaya harapan bangsa yang mampu membawa perubahan lebih baik demi terwujudnya kemadirian Indonesia dengan ilmu mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar